iseng menyapa nya di bbm dengan pick up line yg cheesy menurut saya, berbuah sebuah getaran dengan skala 3,2 skala hati....
" Aku mau presentasi dulu ya... doakan semoga berhasil..."
" Puji Tuhan presentasi nya lancar, ini mo makan dulu... udah makan?"
biasa aja kalo yg nulis temen mu, luar biasa ketika yg nulis cinta bertepuk sebelah tanganmu...
Should I give up or should I just keep chasing pavements
Even if it leads nowhere?
Wednesday, October 19, 2011
Thursday, October 13, 2011
Jogja Part 2
(Pagi yang mendung)
Pagi itu saya berniat untuk berpisah dengan teman-teman saya… mereka ingin ke Keraton (yang akhirnya malah ke Taman Sari), sedangkan saya ingin ke candi Prambanan , terakhir kali saya pergi kesana sekitar 8 tahun yang lalu. Dimulai lah ‘bolang’ saya hari ini! Yeayyy!! Penginapan saya ga jauh dari halte TransJogja, dengan ngeluarin duit 3 ribu, saya tinggal duduk manis dan sampai di halte pasar Prambanan, jalan kaki 10 menit saya sampai di pintu masuk Candi Prambanan. Waktu mau beli tiket, mata saya menangkap tulisan ‘Prambanan-Ratu Boko’ dengan harga 30 ribu saya bisa masuk ke dua area candi tersebut plus shelter car nya. Nah kalau kita datang naik transJogja, saya sarankan untuk melihat lihat kawasan candi Prambanan dulu , baru ke Ratu Boko, jadi pulangnya bisa di drop di pasar Prambanan… Supirnya mau kok, kita tinggal bilang aja kalau mau turun di pasar Prambanan.
Masuk ke area Prambanan, dari speaker2x di pinggir jalan setapak mengalun gending jawa, yang semakin membuat suasana berbeda. Ketika saya menyusuri beberapa reruntuhan candi bekas gempa waktu itu, ada rasa sedih yang muncul… ternyata kerusakan yang ada sulit untuk di rekonstruksi lagi, beberapa relief di candi-candi utama pun retak. Candi Siwa yang merupakan candi utama dengan 4 patung didalamnya tidak dapat dimasuki karena sedang ada perbaikan. Saya hanya bisa terdiam di luar candi itu. Dengan latar belakang langit biru yang cerah, pemandangan saat itu membuat kesan yang dalam buat saya, biasanya saat saya pergi dengan teman teman saya , saya tidak pernah begitu memperhatikan detail candi-candi itu.. karena jadwal studi tur yang mepet dan kegiatan foto memfoto yang (kala itu) menyenangkan. Ketika saya solo traveling seperti ini, saya mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan detail dari beberapa candi yang dapat dimasuki… beberapa relief yang terpahat dan betapa besar serta menjulang nya candi candi itu… agak malu juga waktu saya sedang melongo karena kagum dengan besarnya candi-candi itu, saya disenyum senyumin bule di samping saya yang asyik mengambil gambar dengan SLR nya… dia mungkin ngira ini kali pertama saya ngelihat candi prambanan LOL! Siang itu komplek prambanan cukup rame dengan rombongan keluarga, studi tur anak SMP, rombongan dari Belanda, Perancis, bahkan Obasan-Ojiisan dari Jepang xD untuk rombongan yang terakhir ini saya salut… mereka sudah manula, bahkan salah satu dari mereka sudah memakai tongkat untuk berjalan… saya ga bisa bayangkan jika Ojiisan itu harus menaiki tangga di candi Prambanan, apalagi Borobudur!! Tapi semangat mereka yang bikin saya salut!! Mau nya sebelum rambut saya memutih seperti itu saya sudah pergi ke luar negeri, paling gak ke 2 negara favorit saya, Jepang dan Korea Selatan… hahahahaha
(Reruntuhan candi Prambanan)
(Candi Siwa)
(Lorong candi)
(Prambanan dari jauh)
Oke lanjut! (nih kok malah curcol LOL) Setelah puas jalan-jalan di kawasan candi, saya melihat kandang rusa di jalan menuju pintu keluar, menurut yang jaga, rusa-rusa ini didatangkan dari istana Bogor dan dikembangbiakan disini, saat ini sudah mencapai 90 ekor lebih. Disana kita bisa ngasih makan rusa itu dengan daun kacang yang dijual 1000 rupiah per ikat. Lucu ngeliat rusa-rusa itu monyong-monyongin bibir nya untuk makan daun kacang, atau sekedar lari lari dari ujung kandang ketika diumpanin daun kacang… hahahahha…. Kayaknya Cuma saya satu satu nya pengunjung yang tertarik dengan rusa siang itu.. Melihat dan menyentuh tanduk rusa jantan yang besar itu adalah pengalaman yg baru buat saya.
(Pentolan nya Prambanan)
Setelah puas bermain dengan rusa, saya kembali berjalan menuju pintu keluar.. ada kereta yang bisa ngantar kita keliling di kompleks candi itu untuk melihat candi-candi kecil di luar candi utama prambanan, curangnya untuk turis luar di gratiskan (weeewww.. apa karena harga tiketnya beda?) dan ada penyewaan sepeda juga. Sayang, saya ga bisa naik sepeda (jadi maluu…) andaikan bisa saya pasti langsung nyewa sepeda itu. Ternyata ada semacam museum di candi prambanan itu yang menyimpan beberapa replica artefak yang ditemukan bersamaan dengan penggalian candi-candi, seperti mangkuk, gayung dari emas, tas dari emas (gilee ini mah Channel dan Hermes kalah! Emas nya emas murni book!!), beberapa mata uang jaman dahulu dan tembikar2x lainnya, ada foto-foto dari mulai ditemukan nya reruntuhan candi, sampai rekonstruksi candi! Bahkan ada auditorium yang (katanya) memutar sejarah candi prambanan dan candi-candi di sekitar Prambanan. Mau hati sih jalan-jalan ke candi2x lainnya di sekitar Prambanan.. tapi panas nya cukup bikin beruang kutub ini tepar dan urung berjalan-jalan, akhirnya saya memutuskan untuk segera naik shelter car ke Ratu Boko.
(Museum Prambanan)
Komplek Ratu Boko ini berjarak 10 menit dari Prambanan, letaknya dibelakang pasar Prambanan, tapi jangan coba coba jalan kaki dari shelter TransJogja pasar Prambanan ke Kompleks Ratu Boko, yang ada nyasar atau betis bisa segede talas Bogor, meski cuma 10 menit perjalanan, tapi medannya naik ,dan naik, dan naik ke atas bukit, blusuk2x sawah orang dan perkampungan. Saya sempat menatap supir di sebelah sambil berdoa semoga saya ga di bawa kabur dan dijadikan sesajen (menatap tubuh ginuk saya yang dijamin punya banyak daging dan lemak yg cukup untuk ngasih makan orang satu RT). Untungnya nggak sodara-sodara, setelah 10 menit melewati kampung dan jalanan yang samping kirinya jurang, saya sampai di kompleks Ratu Boko. Meski ini berada di atas bukit, tapi pemandangan disini sangat gersang dan cenderung seperti savannah menurut saya, karena padang rumputnya berwarna kuning. Jangan berharap anda menemukan candi macam Prambanan, candi disini hanya bisa dinikmati fondasi nya saja, serta gerbang nya yang megah. Konon katanya kompleks ini dulu nya adalah sebuah kerajaan, ada pendopo bahkan sebuah gua yang didalamnya terdapat lingga dan yoni… apakah Lingga dan Yoni itu? Silahkan google sendiri sebelum tulisan ini ratingnya naik jadi “R” hihihihihi…..
(Kompleks ratu Boko)
Hanya sedikit pengunjung di kompleks ini, meski begitu pemandangan dari cafĂ© nya cukup rindang dan hijau… bisa lah kita bersantai dan minum2x jus jeruk disini (sayangnya saya gak sempat untuk minum-minum disitu). Berjalan menyusuri jalan setapak yang menanjak, bikin beruang kutub ini (lagi-lagi) kepanasan dan dehidrasi, meski angin nya cukup kencang tapi matahari siang itu sangat semangat 45 sekali untuk bersinar. Untungnya di deket2x situ ada beberapa warga yang membuka warung kecil , mereka menjual minuman dan makanan seperti nasi pecel, lagi-lagi saya tidak sempat mencicipi nya, karena pikiran saya hanya pada jalan-jalan nya. Sesampai nya saya di gerbang yang terbuat dari batu itu, ada beberapa pengunjung yang sedang asyik berfoto ria, dari yang bergerombol sampai yang ala foto model (cuma bisa ngikik dalam hati, sebelum dilempar batu kali segede gaban) . Beruang kutub ini officially meleleh karena panas nya siang itu, akhirnya cuma melihat-lihat sekilas, kemudian duduk di tangga batu yang lumayan teduh dan diam menikmati alam… hemmm tenang.. saya ga jadi galau kok… justru di tempat itu saya meninggalkan semua galau saya, mengambil energi positif yang ada di tempat itu… tempat yang begitu terisolir dan tenang. Sesekali ada suara burung lewat diantara gemersik pohon yang tertiup angin. Momen itu ga mau saya tukar dengan apapun, momen itu saya rekam pelan-pelan, suatu kedamaian lepas dari keriuhan dibawah bukit sana, lepas dari kegelisahan manusia yang lalu-lalang di bawah sana, lepas dari kecurigaan dan ketakutan yang menyusup pelan-pelan di bawah sana. (Saat saya menulis ini, saya iseng menutup mata, dan merasa lega setelahnya, ingatan itu masih ada di alam bawah sadar saya..bahkan saya masih ingat suara anginnya, warna langit siang itu, warna padang rumput, warna baju koko ganteng yg lewat saat itu *eh?*) Hampir setengah jam saya duduk sendiri di tangga itu, menyenderkan badan saya pada batu-batu yang berdiri ratusan tahun itu… ada sebuah sensasi yang benar-benar ga bisa saya jelaskan dengan kata-kata. Yang jelas justru di tempat gersang dan sepi itu saya menemukan apa saya yang cari… a temporary sanctuary for my restless mind…Saya menyerahkan semua kelelahan dan kemarahan saya pada alam Jogja, saya membiarkan Sang Pencipta Alam itu untuk mengambil semua kekecewaan saya, semua ketakutan saya dan kemarahan saya…. Saat itu saya berdamai dengan diri saya.
Pagi itu saya berniat untuk berpisah dengan teman-teman saya… mereka ingin ke Keraton (yang akhirnya malah ke Taman Sari), sedangkan saya ingin ke candi Prambanan , terakhir kali saya pergi kesana sekitar 8 tahun yang lalu. Dimulai lah ‘bolang’ saya hari ini! Yeayyy!! Penginapan saya ga jauh dari halte TransJogja, dengan ngeluarin duit 3 ribu, saya tinggal duduk manis dan sampai di halte pasar Prambanan, jalan kaki 10 menit saya sampai di pintu masuk Candi Prambanan. Waktu mau beli tiket, mata saya menangkap tulisan ‘Prambanan-Ratu Boko’ dengan harga 30 ribu saya bisa masuk ke dua area candi tersebut plus shelter car nya. Nah kalau kita datang naik transJogja, saya sarankan untuk melihat lihat kawasan candi Prambanan dulu , baru ke Ratu Boko, jadi pulangnya bisa di drop di pasar Prambanan… Supirnya mau kok, kita tinggal bilang aja kalau mau turun di pasar Prambanan.
Masuk ke area Prambanan, dari speaker2x di pinggir jalan setapak mengalun gending jawa, yang semakin membuat suasana berbeda. Ketika saya menyusuri beberapa reruntuhan candi bekas gempa waktu itu, ada rasa sedih yang muncul… ternyata kerusakan yang ada sulit untuk di rekonstruksi lagi, beberapa relief di candi-candi utama pun retak. Candi Siwa yang merupakan candi utama dengan 4 patung didalamnya tidak dapat dimasuki karena sedang ada perbaikan. Saya hanya bisa terdiam di luar candi itu. Dengan latar belakang langit biru yang cerah, pemandangan saat itu membuat kesan yang dalam buat saya, biasanya saat saya pergi dengan teman teman saya , saya tidak pernah begitu memperhatikan detail candi-candi itu.. karena jadwal studi tur yang mepet dan kegiatan foto memfoto yang (kala itu) menyenangkan. Ketika saya solo traveling seperti ini, saya mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan detail dari beberapa candi yang dapat dimasuki… beberapa relief yang terpahat dan betapa besar serta menjulang nya candi candi itu… agak malu juga waktu saya sedang melongo karena kagum dengan besarnya candi-candi itu, saya disenyum senyumin bule di samping saya yang asyik mengambil gambar dengan SLR nya… dia mungkin ngira ini kali pertama saya ngelihat candi prambanan LOL! Siang itu komplek prambanan cukup rame dengan rombongan keluarga, studi tur anak SMP, rombongan dari Belanda, Perancis, bahkan Obasan-Ojiisan dari Jepang xD untuk rombongan yang terakhir ini saya salut… mereka sudah manula, bahkan salah satu dari mereka sudah memakai tongkat untuk berjalan… saya ga bisa bayangkan jika Ojiisan itu harus menaiki tangga di candi Prambanan, apalagi Borobudur!! Tapi semangat mereka yang bikin saya salut!! Mau nya sebelum rambut saya memutih seperti itu saya sudah pergi ke luar negeri, paling gak ke 2 negara favorit saya, Jepang dan Korea Selatan… hahahahaha
(Reruntuhan candi Prambanan)
(Candi Siwa)
(Lorong candi)
(Prambanan dari jauh)
Oke lanjut! (nih kok malah curcol LOL) Setelah puas jalan-jalan di kawasan candi, saya melihat kandang rusa di jalan menuju pintu keluar, menurut yang jaga, rusa-rusa ini didatangkan dari istana Bogor dan dikembangbiakan disini, saat ini sudah mencapai 90 ekor lebih. Disana kita bisa ngasih makan rusa itu dengan daun kacang yang dijual 1000 rupiah per ikat. Lucu ngeliat rusa-rusa itu monyong-monyongin bibir nya untuk makan daun kacang, atau sekedar lari lari dari ujung kandang ketika diumpanin daun kacang… hahahahha…. Kayaknya Cuma saya satu satu nya pengunjung yang tertarik dengan rusa siang itu.. Melihat dan menyentuh tanduk rusa jantan yang besar itu adalah pengalaman yg baru buat saya.
(Pentolan nya Prambanan)
Setelah puas bermain dengan rusa, saya kembali berjalan menuju pintu keluar.. ada kereta yang bisa ngantar kita keliling di kompleks candi itu untuk melihat candi-candi kecil di luar candi utama prambanan, curangnya untuk turis luar di gratiskan (weeewww.. apa karena harga tiketnya beda?) dan ada penyewaan sepeda juga. Sayang, saya ga bisa naik sepeda (jadi maluu…) andaikan bisa saya pasti langsung nyewa sepeda itu. Ternyata ada semacam museum di candi prambanan itu yang menyimpan beberapa replica artefak yang ditemukan bersamaan dengan penggalian candi-candi, seperti mangkuk, gayung dari emas, tas dari emas (gilee ini mah Channel dan Hermes kalah! Emas nya emas murni book!!), beberapa mata uang jaman dahulu dan tembikar2x lainnya, ada foto-foto dari mulai ditemukan nya reruntuhan candi, sampai rekonstruksi candi! Bahkan ada auditorium yang (katanya) memutar sejarah candi prambanan dan candi-candi di sekitar Prambanan. Mau hati sih jalan-jalan ke candi2x lainnya di sekitar Prambanan.. tapi panas nya cukup bikin beruang kutub ini tepar dan urung berjalan-jalan, akhirnya saya memutuskan untuk segera naik shelter car ke Ratu Boko.
(Museum Prambanan)
Komplek Ratu Boko ini berjarak 10 menit dari Prambanan, letaknya dibelakang pasar Prambanan, tapi jangan coba coba jalan kaki dari shelter TransJogja pasar Prambanan ke Kompleks Ratu Boko, yang ada nyasar atau betis bisa segede talas Bogor, meski cuma 10 menit perjalanan, tapi medannya naik ,dan naik, dan naik ke atas bukit, blusuk2x sawah orang dan perkampungan. Saya sempat menatap supir di sebelah sambil berdoa semoga saya ga di bawa kabur dan dijadikan sesajen (menatap tubuh ginuk saya yang dijamin punya banyak daging dan lemak yg cukup untuk ngasih makan orang satu RT). Untungnya nggak sodara-sodara, setelah 10 menit melewati kampung dan jalanan yang samping kirinya jurang, saya sampai di kompleks Ratu Boko. Meski ini berada di atas bukit, tapi pemandangan disini sangat gersang dan cenderung seperti savannah menurut saya, karena padang rumputnya berwarna kuning. Jangan berharap anda menemukan candi macam Prambanan, candi disini hanya bisa dinikmati fondasi nya saja, serta gerbang nya yang megah. Konon katanya kompleks ini dulu nya adalah sebuah kerajaan, ada pendopo bahkan sebuah gua yang didalamnya terdapat lingga dan yoni… apakah Lingga dan Yoni itu? Silahkan google sendiri sebelum tulisan ini ratingnya naik jadi “R” hihihihihi…..
(Kompleks ratu Boko)
Hanya sedikit pengunjung di kompleks ini, meski begitu pemandangan dari cafĂ© nya cukup rindang dan hijau… bisa lah kita bersantai dan minum2x jus jeruk disini (sayangnya saya gak sempat untuk minum-minum disitu). Berjalan menyusuri jalan setapak yang menanjak, bikin beruang kutub ini (lagi-lagi) kepanasan dan dehidrasi, meski angin nya cukup kencang tapi matahari siang itu sangat semangat 45 sekali untuk bersinar. Untungnya di deket2x situ ada beberapa warga yang membuka warung kecil , mereka menjual minuman dan makanan seperti nasi pecel, lagi-lagi saya tidak sempat mencicipi nya, karena pikiran saya hanya pada jalan-jalan nya. Sesampai nya saya di gerbang yang terbuat dari batu itu, ada beberapa pengunjung yang sedang asyik berfoto ria, dari yang bergerombol sampai yang ala foto model (cuma bisa ngikik dalam hati, sebelum dilempar batu kali segede gaban) . Beruang kutub ini officially meleleh karena panas nya siang itu, akhirnya cuma melihat-lihat sekilas, kemudian duduk di tangga batu yang lumayan teduh dan diam menikmati alam… hemmm tenang.. saya ga jadi galau kok… justru di tempat itu saya meninggalkan semua galau saya, mengambil energi positif yang ada di tempat itu… tempat yang begitu terisolir dan tenang. Sesekali ada suara burung lewat diantara gemersik pohon yang tertiup angin. Momen itu ga mau saya tukar dengan apapun, momen itu saya rekam pelan-pelan, suatu kedamaian lepas dari keriuhan dibawah bukit sana, lepas dari kegelisahan manusia yang lalu-lalang di bawah sana, lepas dari kecurigaan dan ketakutan yang menyusup pelan-pelan di bawah sana. (Saat saya menulis ini, saya iseng menutup mata, dan merasa lega setelahnya, ingatan itu masih ada di alam bawah sadar saya..bahkan saya masih ingat suara anginnya, warna langit siang itu, warna padang rumput, warna baju koko ganteng yg lewat saat itu *eh?*) Hampir setengah jam saya duduk sendiri di tangga itu, menyenderkan badan saya pada batu-batu yang berdiri ratusan tahun itu… ada sebuah sensasi yang benar-benar ga bisa saya jelaskan dengan kata-kata. Yang jelas justru di tempat gersang dan sepi itu saya menemukan apa saya yang cari… a temporary sanctuary for my restless mind…Saya menyerahkan semua kelelahan dan kemarahan saya pada alam Jogja, saya membiarkan Sang Pencipta Alam itu untuk mengambil semua kekecewaan saya, semua ketakutan saya dan kemarahan saya…. Saat itu saya berdamai dengan diri saya.
Monday, October 10, 2011
masih sama
ternyata senyum itu masih sama, sama seperti setahun yang lalu
ternyata rasa deg-deg an sampai mual itu masih sama, sama seperti dua tahun yang lalu
ternyata kamu masih sama, masih tersenyum dengan mata jenaka mu, masih konyol dan minta dilempar meja kalo bikin lelucon.... masih sama seperti dulu
ternyata aku masih sama, masih tersenyum sendiri ngeliat foto2xmu, masih deg deg an tiap mo balas BBM mu, masih sering blushing sendiri tiap nyebut nama kamu...
Kita masih sama.... tapi perasaan itu sudah beda.... :")
for mr RPL *cepet kelar biar bisa bikin rumah seperti yg kamu tunjukkan ke aku... :)*
*gmbr diambil dari wordpress*
Friday, October 07, 2011
Jogja Part 1
Akhirnya keturutan juga niat saya untuk pergi melanglang buana ke luar kota, sekedar untuk menjernihkan pikiran saya. Kota pertama yang menjadi tujuan saya nge “bolang” adalah Jogjakarta. Ada apa dengan kota ini? Selain kota ini adalah kota nenek dan kakek saya, saya sangat suka dengan keramahan dan suasana Jogjakarta plus makanan enak yang masih bisa dijangkau oleh kantong sendiri ^^.
Saya berangkat dari Surabaya Jum’at sore menggunakan kereta api ekonomi, dengan adik-adik kost saya. Kami berlima akan ketemuan dengan dua orang lagi di Jogja nanti. Untuk naik kereta ekonomi dibutuhkan ongkos 24 ribu per kepala dengan total perjalanan kurang lebih 7 jam. Kereta ekonomi kami tidak begitu ramai dan tergolong bersih. Sempat kaget juga sih, karena biasanya naik kereta ekonomi Surabaya-Malang yang berdesak-desak an, kereta ekonomi ke Jogja ini tergolong sepi apalagi selepas stasiun Madiun. Kereta ini berangkat dari stasiun Gubeng dan sampai di stasiun Lempuyangan Jogjakarta. Kalau ingin sampai lebih cepat, bisa menggunakan kereta bisnis atau eksekutif Sancaka, ada juga beberapa kereta jurusan Jakarta yang melewati stasiun Tugu Jogjakarta, seperti Bima.
Setelah 7 jam perjalanan yang saya isi dengan tidur (karena minum obat antimabuk), akhirnya sampailah saya di stasiun Lempuyangan. Jujur ini pertama kali nya saya sampai di stasiun ini, biasanya saya turun di stasiun Tugu dan tinggal jalan kaki ke penginapan. Lah ini gimana? Ada beberapa pilihan untuk ke arah malioboro, ojek atau taxi karena saya ber lima jadilah kami umpel-umpelan naik taxi yang ga pake argo dan dipatok harga 25 ribu, dengan setengah pasrah akhirnya kami naik taxi itu.
Sesampainya di penginapan kami langsung bersih-bersih dan melanjutkan petualangan (bahasanya kayak anak kelas 6 SD lagi ngarang cerita - -“ ).
Oh ya, kami nginap di penginapan langganan keluarga saya, namanya “Roemah Djogja” lokasinya di belakang hotel Bhineka deket stasiun Tugu, bentuknya seperti pavilion dengan 4 kamar, dua kamar mandi luar, dapur, tempat jemuran, dan ruang keluarga. Saya dan keluarga senang nginep disini, karena pemiliknya ramah dan servis nya memuaskan, kamar nya pun besar. Ada beberapa range harga dari 250-150 ribu. Dan satu tempat tidur bisa untuk ber tiga, bahkan ber empat kalau size nya kecil-kecil, atau tinggal tambah extra bed yang bisa ditiduri 2 orang juga, karena ukurannnya yg lumayan lebar.untuk yg kamar 250-200 ribu ada kamar mandi dalam dan air hangat nya, yg 150 ribu kamar mandi luar yang juga ada air hangat nya. Enaknya, karena kamarnya yang hanya ada 4 jadi kebersihan dan kenyamanan nya terjaga ;) Apalagi kemarin hanya ada kami ber 7 di sana…jadilah berasa di rumah sendiri. Untuk makan pagi nya disediakan roti dan teh hangat, kadang nasi goreng :D Meskipun saya niatnya mau nge gembel, tapi penginapan yang nyaman adalah keharusan, dan membayar 300 ribu untuk 2 malam yang nyaman setelah capek jalan-jalan seharian itu “worth it” , yaaa maklum lah ya teman-teman saya bukan spesialis backpacking, baru coba untuk jalan jalan sendiri tanpa keluarga dengan “light packing” … mungkin kalau sudah biasa nanti bisa nemu hotel yg sama nyaman nya dan lebih murah ^^ hehehehe
(ini adalah foto kamar yg seharga 150 ribu, lumayan besar kan? sayang kurang jelas gambarnya)
Oke, setelah mandi saya diajak oleh anak anak ini ke mie Kadin, tempat nya di deket SMP Bopkri 2 Sultan agung, di belakangnya… Jujur waktu itu saya cuma ingin makan nasi kucing dan ngemil beberapa gorengan di angkringan tugu lalu kembali pulang untuk istirahat sebelum besok tur sendiri. Tapi karena saya juga penasaran , saya mengiyakan ajakan mereka dan pergi kesana. Sampai disana, kami disambut seekor anjing lucu yang sukses membuat anak anak lain teriak2x.. hahaha sedangkan saya keasyikan main dengan anjing cokelat ras campuran itu, ampe lupa buat mesen makanan.
Saya memesan mie rebus dan es teh tawar, ngga tau cuma perasaan saya atau gimana ternyata harga dan rasa tidak sebanding, buat saya porsinya cuma numpang lewat doang! Agak kecewa juga sih, apalagi ditambah kesulitan kami mencari taxi di daerah sana, jadilah kami jalan sampai jembatan sayidan terus lagi sampe perempatan dan lari-lari di tengah jalan untuk nyetop taxi. Memang lebih gampang untuk nyetop taxi di jalan daripada untuk memesan taxi lewat telepon di Jogja. Bener ga sih? atau Cuma kebetulan aja selama 3 hari disana kami ngalamin kayak gitu? Lucu juga kalo dibayangin ada 3 cewek lari-lari di jalan kayak apaan tau demi nyegat taxi! Hahahaha diliatin ama banyak pengendara motor pula! Ketauan banget sih turis yg satu ini rada sinting xD
(Ini Penampakan Mie Kadi dengan beberapa gerobak yang berjejer)
( Ini mie rebus saya yang ga jelas rasa nya --")
Sampai di penginapan saya dan teman saya lanjut ke angkringan di dekat stasiun Tugu, tinggal jalan kaki 3 menit langsung sampe, ada banyak angkringan disana, tapi yg kemarin ada tempat kosong di angkringan lik man, jadilah kami ngopi joss disitu plus makan nasi kucing satu dan gak lupa beberapa gorengan. Di angkringan biasanya menu nya sama, gorengan (mulai dari tape- samarinda *jgn tanya gue ini makanan jenis apa, yg jelas buat gue enak…), sate (kerang-usus), bolu warna warni, dan nasi kucing. Disini kalo kalian makan gorengan dan sate bisa minta dibakar dulu. Mungkin udah banyak yg pernah minum kopi joss, dan percaya atau gak justru kopi ini bikin saya ga diare, biasanya kalo kena kopi perut saya langsung ngambek berhari-hari. Tapi kopi ini malah bikin saya gak lancar ke belakang… hahahahhahaa ga juga sih, mungkin karena kurang makan sayur selama di Jogja. Puas makan di angkirngan dengan harga murah plus terjangkau kau kau banget, kami pulang ke penginapan.. Sepanjang perjalanan saya memperhatikan sesuatu yang unik. Mobil BMW, CR-V yang berjejer berderet, beberapa koko ganteng yang asyik lesehan sambil minum kopi joss… di daerah angkringan inilah tempat dimana semua golongan di masyarakat dapat melebur jadi satu, ga peduli kamu pake CR-V atau jalan kaki, pake tas Chanel atau buatan Beringharjo.. semua asyik ngobrol dengan teman-temannya sambil minum kopi. Sesuatu yang ga mungkin saya temuin di coffee shop ber merk. Malam itu sambil jalan ke penginapan, saya tersenyum sendiri berharap dalam hati semoga suatu saat nanti gak hanya di angkirngan Jogja saya bisa menemukan suara tawa dan canda yang hangat dari setiap golongan, tapi di sudut-sudut kota besar seperti Jakarta.
Saya berangkat dari Surabaya Jum’at sore menggunakan kereta api ekonomi, dengan adik-adik kost saya. Kami berlima akan ketemuan dengan dua orang lagi di Jogja nanti. Untuk naik kereta ekonomi dibutuhkan ongkos 24 ribu per kepala dengan total perjalanan kurang lebih 7 jam. Kereta ekonomi kami tidak begitu ramai dan tergolong bersih. Sempat kaget juga sih, karena biasanya naik kereta ekonomi Surabaya-Malang yang berdesak-desak an, kereta ekonomi ke Jogja ini tergolong sepi apalagi selepas stasiun Madiun. Kereta ini berangkat dari stasiun Gubeng dan sampai di stasiun Lempuyangan Jogjakarta. Kalau ingin sampai lebih cepat, bisa menggunakan kereta bisnis atau eksekutif Sancaka, ada juga beberapa kereta jurusan Jakarta yang melewati stasiun Tugu Jogjakarta, seperti Bima.
Setelah 7 jam perjalanan yang saya isi dengan tidur (karena minum obat antimabuk), akhirnya sampailah saya di stasiun Lempuyangan. Jujur ini pertama kali nya saya sampai di stasiun ini, biasanya saya turun di stasiun Tugu dan tinggal jalan kaki ke penginapan. Lah ini gimana? Ada beberapa pilihan untuk ke arah malioboro, ojek atau taxi karena saya ber lima jadilah kami umpel-umpelan naik taxi yang ga pake argo dan dipatok harga 25 ribu, dengan setengah pasrah akhirnya kami naik taxi itu.
Sesampainya di penginapan kami langsung bersih-bersih dan melanjutkan petualangan (bahasanya kayak anak kelas 6 SD lagi ngarang cerita - -“ ).
Oh ya, kami nginap di penginapan langganan keluarga saya, namanya “Roemah Djogja” lokasinya di belakang hotel Bhineka deket stasiun Tugu, bentuknya seperti pavilion dengan 4 kamar, dua kamar mandi luar, dapur, tempat jemuran, dan ruang keluarga. Saya dan keluarga senang nginep disini, karena pemiliknya ramah dan servis nya memuaskan, kamar nya pun besar. Ada beberapa range harga dari 250-150 ribu. Dan satu tempat tidur bisa untuk ber tiga, bahkan ber empat kalau size nya kecil-kecil, atau tinggal tambah extra bed yang bisa ditiduri 2 orang juga, karena ukurannnya yg lumayan lebar.untuk yg kamar 250-200 ribu ada kamar mandi dalam dan air hangat nya, yg 150 ribu kamar mandi luar yang juga ada air hangat nya. Enaknya, karena kamarnya yang hanya ada 4 jadi kebersihan dan kenyamanan nya terjaga ;) Apalagi kemarin hanya ada kami ber 7 di sana…jadilah berasa di rumah sendiri. Untuk makan pagi nya disediakan roti dan teh hangat, kadang nasi goreng :D Meskipun saya niatnya mau nge gembel, tapi penginapan yang nyaman adalah keharusan, dan membayar 300 ribu untuk 2 malam yang nyaman setelah capek jalan-jalan seharian itu “worth it” , yaaa maklum lah ya teman-teman saya bukan spesialis backpacking, baru coba untuk jalan jalan sendiri tanpa keluarga dengan “light packing” … mungkin kalau sudah biasa nanti bisa nemu hotel yg sama nyaman nya dan lebih murah ^^ hehehehe
(ini adalah foto kamar yg seharga 150 ribu, lumayan besar kan? sayang kurang jelas gambarnya)
Oke, setelah mandi saya diajak oleh anak anak ini ke mie Kadin, tempat nya di deket SMP Bopkri 2 Sultan agung, di belakangnya… Jujur waktu itu saya cuma ingin makan nasi kucing dan ngemil beberapa gorengan di angkringan tugu lalu kembali pulang untuk istirahat sebelum besok tur sendiri. Tapi karena saya juga penasaran , saya mengiyakan ajakan mereka dan pergi kesana. Sampai disana, kami disambut seekor anjing lucu yang sukses membuat anak anak lain teriak2x.. hahaha sedangkan saya keasyikan main dengan anjing cokelat ras campuran itu, ampe lupa buat mesen makanan.
Saya memesan mie rebus dan es teh tawar, ngga tau cuma perasaan saya atau gimana ternyata harga dan rasa tidak sebanding, buat saya porsinya cuma numpang lewat doang! Agak kecewa juga sih, apalagi ditambah kesulitan kami mencari taxi di daerah sana, jadilah kami jalan sampai jembatan sayidan terus lagi sampe perempatan dan lari-lari di tengah jalan untuk nyetop taxi. Memang lebih gampang untuk nyetop taxi di jalan daripada untuk memesan taxi lewat telepon di Jogja. Bener ga sih? atau Cuma kebetulan aja selama 3 hari disana kami ngalamin kayak gitu? Lucu juga kalo dibayangin ada 3 cewek lari-lari di jalan kayak apaan tau demi nyegat taxi! Hahahaha diliatin ama banyak pengendara motor pula! Ketauan banget sih turis yg satu ini rada sinting xD
(Ini Penampakan Mie Kadi dengan beberapa gerobak yang berjejer)
( Ini mie rebus saya yang ga jelas rasa nya --")
Sampai di penginapan saya dan teman saya lanjut ke angkringan di dekat stasiun Tugu, tinggal jalan kaki 3 menit langsung sampe, ada banyak angkringan disana, tapi yg kemarin ada tempat kosong di angkringan lik man, jadilah kami ngopi joss disitu plus makan nasi kucing satu dan gak lupa beberapa gorengan. Di angkringan biasanya menu nya sama, gorengan (mulai dari tape- samarinda *jgn tanya gue ini makanan jenis apa, yg jelas buat gue enak…), sate (kerang-usus), bolu warna warni, dan nasi kucing. Disini kalo kalian makan gorengan dan sate bisa minta dibakar dulu. Mungkin udah banyak yg pernah minum kopi joss, dan percaya atau gak justru kopi ini bikin saya ga diare, biasanya kalo kena kopi perut saya langsung ngambek berhari-hari. Tapi kopi ini malah bikin saya gak lancar ke belakang… hahahahhahaa ga juga sih, mungkin karena kurang makan sayur selama di Jogja. Puas makan di angkirngan dengan harga murah plus terjangkau kau kau banget, kami pulang ke penginapan.. Sepanjang perjalanan saya memperhatikan sesuatu yang unik. Mobil BMW, CR-V yang berjejer berderet, beberapa koko ganteng yang asyik lesehan sambil minum kopi joss… di daerah angkringan inilah tempat dimana semua golongan di masyarakat dapat melebur jadi satu, ga peduli kamu pake CR-V atau jalan kaki, pake tas Chanel atau buatan Beringharjo.. semua asyik ngobrol dengan teman-temannya sambil minum kopi. Sesuatu yang ga mungkin saya temuin di coffee shop ber merk. Malam itu sambil jalan ke penginapan, saya tersenyum sendiri berharap dalam hati semoga suatu saat nanti gak hanya di angkirngan Jogja saya bisa menemukan suara tawa dan canda yang hangat dari setiap golongan, tapi di sudut-sudut kota besar seperti Jakarta.